Kebaya Sunda Terbuat Dari
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Ciri khas daerah tersebut diwakili melalui berbagai hal, seperti alat musik daerah, tarian daerah, bahasa daerah dan pakaian adat.
Dalam artikel ini, akan berfokus kepada salah satu ciri khas yang ada pada setiap daerah yakni baju adat. Baju adat adalah pakaian yang merepresentasikan dan mewakili sekelompok masyarakat yang biasanya digunakan saat ada acara adat atau sebagai penanda status sosial.
Baju adat Sunda terkenal dengan keunikannya dan cukup populer di kalangan masyarakat. Baju adat Sunda diketahui dibedakan menjadi tiga tingkatan sosial. Pakaian adat untuk bangsawan, untuk kaum menengah dan yang terakhir untuk rakyat biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini 7 pakaian khas Sunda yang dirangkum dari berbagai sumber:
Kebaya Sunda memiliki desain yang sama seperti kebanyakan kebaya pada umumnya. Tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan di antara kebaya tersebut. Hal yang membedakan kebaya Sunda dengan kebaya di daerah lainnya yakni:
Seperti kebaya pada umumnya, kebaya Sunda juga dilengkapi dengan jarik yang memiliki motif khas jawa barat. Kebaya Sunda juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris tambahan seperti kalung, cincin dan juga gelang.
Kebaya ini juga merupakan salah satu baju yang menandakan status sosial. Hal ini bisa dilihat melalui corak dan motif yang digunakan.
Baju pengantin Sunda terinspirasi dari pakaian yang dipakai oleh putri kerajaan Sunda di masa lalu. Baju pengantin ini dibagi ke dalam empat jenis:
Jenis pakaian pengantin di atas tentu saja disesuaikan dengan daerah asal atau tempat diselenggarakannya masing-masing. Untuk pakaian mempelai wanita, identik dengan kebaya berwarna putih dengan bawahan menggunakan jarik kebat Lereng Eneng Prada.
Selain itu, baju pengantin ini identik dengan penggunaan siger. Siger merupakan mahkota perhiasaan yang bagi orang Sunda melambangkan kebijaksanaan dan kehormatan wanita Sunda.
Untuk baju mempelai pria, biasanya menggunakan jas buka Prangwedana yang warnanya dipadukan dengan warna kebaya mempelai wanita. Mempelai pria akan menggunakan kain batik dengan motif yang sama. Aksesoris pelengkap untuk mempelai pria yakni biasanya menggunakan penutup kepala berhiaskan permata dan juga keris yang diselipkan di belakang pinggang.
Pangsi merupakan baju adat Sunda yang dipakai oleh pria-pria Sunda. Pakaian ini biasanya identik dengan warna hitam. Pakaian ini berupa kemeja hitam polos dengan bawahan celana hitam longgar yang panjangnya tidak sampai menyentuh mata kaki.
Pakaian ini dulu digunakan oleh kaum biasa seperti rakyat jelata, petani maupun buruh. Itu sebabnya baju ini didesain dengan cukup simple. Namun untuk saat ini, pangsi sudah dikenakan oleh berbagai kalangan. Dan penggunaannya sering dimodifikasi dengan tambahan sarung atau kain batik sebagai aksesoris pelengkap.
Bedahan merupakan baju adat Sunda yang biasanya dipakai oleh para kaum menengah, seperti saudagar, maupun pedagang. Pakaian untuk kaum menengah identik dengan pemakaian manik-manik.
Untuk kaum wanita, biasanya menggunakan bedahan dengan warna yang cerah, disertai dengan bawahan yang menggunakan kain batik dengan motif khas Sunda. Aksesoris yang biasanya digunakan yakni perhiasan, selendang adan selop (kelom geulis)
Untuk kaum pria, atasannya menggunakan jas takwa atau baju berwarna putih. Sedangkan untuk bawahannya menggunakan kain kebat batik dengan motif yang menonjol. Kaum pria menggunakan sandal yang biasa disebut terompah kayu. Aksesoris tambahan yang digunakan seperti ikat kepala dan arloji atau rantai emas yang digantungkan pada saku baju.
Beskap merupakan baju adat Sunda yang biasanya digunakan saat acara-acara penting atau formal. Umumnya beskap berwarna hitam polos. Pakaian beskap identik dengan kerahnya yang tebal dan tinggi tanpa ada lipatan.
Bagian belakang baju beskap biasanya lebih pendek dari bagian depan. Beskap dipadukan dengan jarik bercorak khas jawa barat. Biasanya dilengkapi aksesoris berupa keris dan topi. Para pria memadukan beskap dengan sepatu tertutup yang menambah kesan formal.
Mojang dalam bahasa Sunda berarti gadis, sedangkan jajaka berarti laki-laki yang belum menikah. Seperti arti dari namanya, baju adat mojang jajaka ini diperuntukkan bagi para muda-mudi yang masih lajang atau yang belum menikah.
Mojang jajaka didesain seperti couple karena menggunakan warna yang senada antara laki-laki dan perempuan. Untuk kaum laki-laki, biasanya menggunakan jas dan bawahan celana berwarna senada disertai dengan aksesoris topi untuk menambah kesan formal.
Sedangkan untuk kaum perempuan, biasanya menggunakan kebaya berwarna senada dengan yang digunakan oleh laki-laki dan bawahan kain bermotif batik. Pakaian ini biasanya digunakan pada acara-acara khusus.
Pakaian adat Sunda yang terakhir adalah menak. Pakaian adat ini digunakan dan dimiliki oleh para bangsawan atau orang-orang yang terpandang. Hal ini dapat dilihat dari desain dan bahan yang digunakan dalam pembuatan menak.
Menak untuk pria didesain seperti jas menggunakan kain berbahan velvet atau beludru yang disulam dengan benang emas. Untuk bawahannya menggunakan kain batik yang digunakan dari pinggang ke lutut, biasanya dilengkapi dengan sabuk emas dan selop berwarna hitam.
Menak untuk wanita berupa kebaya berkain beludru dengan kancing atau manik-manik berwarna hitam. Bawahannya menggunakan kain jarik dengan motif rereng. Dilengkapi dengan aksesoris berupa perhiasan emas dan berlian.
Itulah 7 ragam baju adat Sunda khas jawa barat yang memiliki makna dan filosofi masing-masing yang sampai saat ini masih digunakan.
Jawa Barat dikenal sebagai wilayah yang kaya akan warisan budaya. Salah satunya adalah Kebaya, pakaian adat yang menjadi simbol kecantikan kaum hawa.
Menurut sejarahnya, Nama "Kabaya" sendiri berasal dari kata serapan Arab "kaba" atau "qaba" yang berarti "pakaian" dan "abaya" yang berarti jubah atau garmen longgar. Seiring perkembangan zaman, nama ini kemudian mengalami perubahan menjadi cabaya yang diserap dari Bahasa Eropa.
Pada periode terakhir Kerajaan Majapahit, pengaruh Islam mulai berkembang di wilayah Jawa. Para perempuan yang semula menggunakan Kemben, mulai menggunakan Kabaya dengan kain yang menutup bahu dan lengan panjang.
Sekitar tahun 1500-1600, kebaya mulai memasuki lingkup kerajaan dan dipakai oleh keluarga menak sebagai pakaian resmi pada acara-acara tertentu.
Dahulu, kaum bangsawan Sunda menggunakan Kebaya dengan corak hitam beludru berhiaskan benang emas, kain kebat bermotif rereng, dan selop. Pada tahun 1800-an, bersamaan dengan masuknya era pemerintahan Belanda di Indonesia, penggunaan Kebaya mulai diperuntukan berdasarkan kelas sosial. Masyarakat dari kalangan keraton dan kerajaan menggunakan Kebaya berbahan beludru dan sutera, sementara keturunan bangsa asing menggunakan kebaya berbahan katun dengan potongan lengan pendek, kemudian masyarakat kalangan bawah menggunakan kebaya berbahan tenun dengan harga murah.
Kebaya sebagai pakaian juga memiliki makna mendalam bagi perempuan pada masa itu. Kebaya merupakan simbol kelembutan, kepatuhan dan harga diri seorang perempuan.
Hingga kini, penggunaan kebaya sebagai pakaian wanita telah berkembang sesuai perubahan zaman. Kebaya diproduksi dengan motif beragam dengan corak modern.
Belanja di App banyak untungnya:
Belanja di App banyak untungnya:
Oleh: Sitawati Ken Utami
Bertempat tinggal di Bogor, Tanah Parahyangan selama seperempat abad, sudah tentu membuat saya yang asli orang Yogyakarta merasa harus mempelajari dan mencintai budaya Sunda. Atau paling tidak di tahap mengenal busana Sunda. Terlebih sudah sekitar 7 tahun saya bergelut di komunitas perempuan yang mencintai kebaya.
Kebaya Sunda sudah saya kenal sejak saya masih remaja, ketika ibu masih aktif menjahit. Dengan melihat referensi majalah wanita, Ibu memperkenalkan jenis kebaya Sunda dan membuatkan untuk saya. Ciri utamanya ada di kerah yang berbentuk segi 5 dan sedikit melengkung. Tentu saja kebaya Sunda memiliki bukaan depan sebagaimana kebaya yang lainnya. Di sekitar tahun 80-an, kebaya Sunda merebak kemana-mana karena terlihat tampil sebagai kebaya modern. Pada umumnya dibuat dari bahan brokat dan ada hiasan bordir atau payet, hiingga terkesan mewah. Kebaya Sunda banyak dipakai untuk acara undangan pernikahan atau acara resmi lainnya.
Pada perjalanan waktu, saya menikah dengan orang Bandung yang merupakan keturunan etnis Sunda. Walaupun semua acara pernikahan di Jogja dengan adat Jawa, ibu mertua saya Otih Juwariah memakai kebaya Sunda dengan bahan yang sama dipakai oleh ibu saya bermodel kebaya kutubaru. Sehingga terlihat nuansa Sunda tampil di antara busana para perempuan yang memakai kebaya khas Jawa. Baik ibu saya maupun ibu mertua memakai kebaya dipadu dengan kain batik bermotif Truntum. Motif yang khusus dipakai untuk orangtua pengantin dan besan.
Setelah mempelajari lebih lanjut, ternyata ada 4 jenis kebaya Sunda yang digambarkan oleh Dr. Suciati, S.Pd., M.Ds., dosen Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (FPTK UPI). Jenisnya meliputi kebaya berkerah V, U dan segi 5 yang sering disebut dengan Kebaya Bandung atau kebaya berkerah cowak atau suraweh. Selain itu juga ada model kebaya Kartini. Ternyata memang model Kartini juga banyak dipakai oleh perempuan Sunda sejak dahulu terlihat dari foto yang ada pada awal tahun 1900-an.
Menurut Yayu Rismawan, ketua KOPETASS (Komunitas Penata Rias Tasikmalaya Dan Sekitarnya), kebaya yang dipakai perempuan Sunda bermodel Kartini, dikenal dengan nama Kebaya Sartika. Barangkali mengacu pada nama pahlawan perempuan yang dikenal dari bumi Pasundan yakni Dewi Sartika. Menurut Yayu, di musium Alit Sukapura Tasikmalaya, kebaya yang tersimpan semua berkerah Kartini.
Kebaya Sunda, yang banyak dipakai perempuan pecinta kebaya berbentuk kebaya tanpa kelepak kerah, namun saya dan Yayu sepakat bahwa kebaya Sunda akan lebih kuat kesan pakemnya apabila ada kerah tegak di bagian belakang leher. Karena pada prinsipnya sejarah kebaya itu berawal dari pemakaian selendang yang membentuk lipatan di seputar leher, lalu menjelma menjadi kerah.
Padanan kebaya Sunda yang paling sesuai yakni kain-kain motif khas Jawa Barat. Baik yang asli dan khas Pasundan seperti misalnya Mega Mendung atau pesisir Priangan Selatan seperti Merak Ngibing, maupun motif yang mendapat pengaruh dari Mataram seperti Lereng dan Sido.
Sedangkan sanggul Sunda melengkapi penampilan dengan sasakan tinggi ke atas dan tanpa sasakan ke samping (trepes). Sanggulnya pun khusus bernama Ciwidey, mirip sanggul ukel Solo tapi tanpa bulatan tengah di atas.
Selop yang digunakan oleh perempuan berkebaya Sunda yang sesuai yakni Kelom Geulis produk kerajinan dari Tasikmalaya. Ditambah dengan kipas dan payung geulis menambah penampilan perempuan Sunda semakin mempesona.
Memang saat ini sulit menemukan perempuan di tanah Parahiyangan memakai busana Sunda yang lengkap sesuai pakem, namun setidaknya ada beberapa orang yang berusaha untuk melestarikan. Susi Pujiastuti, mantan menteri kelautan yang berasal dari Pangandaran terlihat sering memakai kebaya Sunda pada berbagai kesempatan dan bahkan tampil di atas catwalk memperagakan kebaya Sunda lengkap dengan kain dan selendang.
Kebaya Sunda yang menjadi kekayaan seni budaya perempuan yang memiliki karakter lembut, anggun dan pandai merawat diri, perlu dilestarikan untuk dibanggakan oleh generasi muda di masa depan
Belanja di App banyak untungnya: