Kenikmatan Surga Untuk Wanita

Kenikmatan Surga Untuk Wanita

Oleh `Umar S. Al-Ashqar

(Arrahmah.id) – Kenikmatan dunia adalah nyata, sedangkan kenikmatan surga adalah janji-janji yang tidak terlihat. Orang mudah dipengaruhi oleh apa yang bisa mereka indera dan ketahui secara instan dan sulit bagi mereka untuk melupakan sesuatu yang ada di depan mereka demi sesuatu yang ada di masa depan yang belum terlihat.

Allah SWT telah membuat perbandingan antara kenikmatan duniawi dan kenikmatan surga. Dia menjelaskan bahwa kenikmatan surga jauh lebih unggul dari kenikmatan dunia ini. Allah berfirman panjang lebar mencela dunia ini dan memuji keutamaan akhirat untuk mendorong manusia berjuang keras demi kesuksesan di akhirat.

Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengabaikan dunia kesenangan sesaat dan fana ini dan menyatakan bahwa pahala dari Allah SWT jauh lebih baik.

Allah SWT berfirman, “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (TQS Ali Imran: 198)

“Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (TQS Taha: 131)

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, “Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka abadi di dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 14–15)

Ada banyak alasan mengapa kenikmatan surga lebih utama dari kenikmatan dunia.

Kenikmatan Duniawi Sesaat

Allah SWT berfirman, Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kalian tidak akan dianiaya sedikit pun. (TQS An-Nisaa’: 77)

Nabi shalallahu alayhi wa sallam menggambarkan sifat fana dari kesenangan dunia ini dibandingkan dengan kesenangan surga: “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya”. (HR Muslim)

Satu jari yang dicelupkan ke laut bahkan tidak akan mengambil satu tetes pun, betapa kecilnya nilai dunia ini jika dibandingkan dengan akhirat. Karena kenikmatan dunia ini sangat kecil, Allah SWT menegur mereka yang lebih memilih kenikmatan dunia daripada kenikmatan akhirat:

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (TQS At-Taubah: 38)

Kualitas Hidup di Surga

Pakaian, permata, istana, makanan, dan minuman penduduk surga jauh lebih unggul dari kehidupan dunia ini. Sebenarnya tidak ada ruang untuk perbandingan, bahkan ruang terkecil di Surga lebih baik dari dunia ini dan semua kesenangannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah bersabda, “Sungguh tempat cambuk salah seorang kalian di surga itu lebih baik dari dunia seisinya.” Menurut riwayat lain oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Nabi berkata, “Sungguh, ukuran satu busur panah di surga lebih baik dari dunia yang matahari terbit dan terbenam di atasnya.” Muttafaqun ‘alaihi.

Perbandingan antara wanita surga dan wanita bumi dikisahkan untuk menunjukkan keunggulan apa yang ada di surga.

Dari Anas, Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Seandainya ada seorang wanita penghuni surga hadir di dunia, maka ia akan menerangi langit dan bumi, dan ia juga akan mewangikan seluruh isi langit dan bumi, dan khimarnya (jilbabnya) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari no. 6567)

Tidak Ada Kotoran atau Kekecewaan

Dalam kehidupan dunia ini, makan dan minum mengakibatkan kebutuhan akan ekskresi yang disertai dengan bau yang tidak sedap. Mereka yang minum anggur di dunia ini kehilangan akal. Wanita di dunia ini menstruasi dan melahirkan, yang merupakan sumber rasa sakit.

Sementara itu, surga bebas dari semua ketidaknyamanan ini, penduduknya tidak buang air kecil, buang air besar, meludah, atau menderita penyakit. Anggur surga dijelaskan oleh Allah SWT sebagai berikut: “(warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada di dalamnya (unsur) yang memabukkan dan mereka tidak mabuk karenanya.” (TQS As-Saffat: 46-47).

Air surga tidak menjadi payau, dan susu tidak pernah berubah rasanya.

Allah SWT berfirman, “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. (TQS Muhammad: 15)

Para wanita surga suci dan bebas dari haid, nifas dan semua kotoran lainnya yang dialami oleh wanita di dunia ini. Allah SWT berfirman, “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan melakukan kebaikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (TQS Al-Baqarah: 25)

Hati penduduk surga lurus. Perkataan mereka baik dan perbuatan mereka benar. Tidak akan ada pembicaraan yang menyakitkan, ofensif, atau provokatif, karena Surga bebas dari semua kata dan perbuatan yang tidak berguna, “Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.” (TQS At-Tur: 23)

Satu-satunya pembicaraan yang terdengar adalah pembicaraan yang baik, tulus, dan murni. Ini bebas dari semua kekurangan yang memalukan dari pembicaraan duniawi, “Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta.” (TQS An-Naba’: 35)

“Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna, kecuali (ucapan) salam.” (TQS Maryam: 62)

Surga adalah tempat tinggal kesucian dan kedamaian, “Di sana mereka tidak akan pernah mendengar omong kosong atau dosa, hanya ucapan yang baik dan bajik.” (TQS Al-Waqi`ah: 25–26)

Setelah diselamatkan dari neraka, penghuni surga akan ditahan di jembatan antara surga dan neraka. Di sana mereka akan disucikan dengan menyelesaikan persengketaan yang mungkin masih ada di antara mereka. Kemudian mereka dapat memasuki surga dengan hati dan jiwa yang murni, bebas dari kebencian, iri hati, atau emosi duniawi negatif lainnya.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa penghuni surga akan memasukinya tanpa rasa benci atau dendam di antara mereka; hati mereka akan satu, dan mereka akan memuliakan Allah SWT pagi dan sore hari.

Allah SWT berfirman, “Dan Kami melenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (TQS Al-Hijr: 47)

Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib meriwayatkan bahwa ketika penduduk surga memasukinya, mereka minum dari satu mata air, dan Allah menghilangkan segala permusuhan atau kebencian dari hati mereka; kemudian mereka minum dari mata air lain, dan wajah mereka menjadi bersih dan cerah. Inilah mungkin yang dimaksud dengan ayat berikut: “…dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci).” (TQS Al-Insan: 21)

Allah SWT menyebut kesenangan dunia ini sebagai kesenangan sementara. Hanya dinikmati sebentar, dan kemudian berakhir. Sementara itu, kenikmatan surga tidak pernah berhenti. Allah SWT berfirman, “Apa yang ada di sisimu akan musnah, dan apa yang ada di sisi Allah adalah abadi.”(TQS An-Nahl: 96)

“Perumpamaan surga yang menjanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbunga dan teduh.” (TQS Ar-Ra`d: 35)

Allah SWT memberi kita contoh betapa cepatnya dunia ini akan berlalu: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (TQS Al-Kahfi: 45–46)

Allah mengibaratkan kehidupan ini seperti hujan, yang jatuh dari langit dan menyebabkan tumbuhan tumbuh, berbunga, serta berbuah. Ini berlangsung hanya dalam waktu singkat sebelum tanaman ini layu dan mudah tertiup angin. Begitulah kemewahan hidup ini: masa muda, kekayaan, anak-anak, dll. Semua ini akan berlalu: Masa muda memudar, kesehatan dan vitalitas berubah menjadi penyakit dan penuaan, dan kekayaan serta anak-anak cenderung musnah. Seseorang bisa saja diambil dari keluarga dan hartanya, namun “kekayaan” surga tidak pernah hilang.

Allah SWT berfirman, Dan berkata kepada orang-orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Allah telah menurunkan) kebaikan.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan semacam itulah tempat terbaik bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga ‘dan yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.” (TQS An-Nahl: 30-31)

Penyesalan Penduduk Neraka

Allah SWT berfirman, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (TQS Ali Imran: 185)

Setelah membaca ayat-ayat ini dan memahami maknanya, bagaimana mungkin ada orang yang menyia-nyiakan surga demi kesenangan duniawi? Ramadhan adalah saat kita semua harus melepaskan kesenangan dunia ini dan bersiap untuk kesenangan surga. (zarahamala/arrahmah.id)

GAMBARAN KENIKMATAN SURGA.

Ini adalah sebagian dari gambaran kenikmatan surga, kenikmatan abadi yang ada padanya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kami, Anda dan semua kaum muslimin termasuk dari penghuninya. Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemberi lagi Maha Pemurah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ مُسۡلِمِينَ ٦٩ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ أَنتُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ تُحۡبَرُونَ ٧٠ يُطَافُ عَلَيۡهِم بِصِحَافٖ مِّن ذَهَبٖ وَأَكۡوَابٖۖ وَفِيهَا مَا تَشۡتَهِيهِ ٱلۡأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلۡأَعۡيُنُۖ وَأَنتُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٧١ وَتِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ٱلَّتِيٓ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٧٢ لَكُمۡ فِيهَا فَٰكِهَةٞ كَثِيرَةٞ مِّنۡهَا تَأۡكُلُونَ   [الزخرف: ٦٩،  ٧٣]

(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”.  Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”.  Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan. [Az-Zukhruf/43: 69-73].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٖ ٥١ فِي جَنَّٰتٖ وَعُيُونٖ ٥٢ يَلۡبَسُونَ مِن سُندُسٖ وَإِسۡتَبۡرَقٖ مُّتَقَٰبِلِينَ ٥٣ كَذَٰلِكَ وَزَوَّجۡنَٰهُم بِحُورٍ عِينٖ ٥٤ يَدۡعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَٰكِهَةٍ ءَامِنِينَ ٥٥ لَا يَذُوقُونَ فِيهَا ٱلۡمَوۡتَ إِلَّا ٱلۡمَوۡتَةَ ٱلۡأُولَىٰۖ وَوَقَىٰهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ [الدخان: ٥١،  ٥٦]

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air, mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal,(duduk) berhadap-hadapan, demikianlah.Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia.Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memelihara mereka dari azab neraka. [Ad-Dukhaan/44: 51-56].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُواْ جَنَّةٗ وَحَرِيرٗا ١٢ مُّتَّكِ‍ِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِۖ لَا يَرَوۡنَ فِيهَا شَمۡسٗا وَلَا زَمۡهَرِيرٗا ١٣ وَدَانِيَةً عَلَيۡهِمۡ ظِلَٰلُهَا وَذُلِّلَتۡ قُطُوفُهَا تَذۡلِيلٗا ١٤ وَيُطَافُ عَلَيۡهِم بِ‍َٔانِيَةٖ مِّن فِضَّةٖ وَأَكۡوَابٖ كَانَتۡ قَوَارِيرَا۠ ١٥ قَوَارِيرَاْ مِن فِضَّةٖ قَدَّرُوهَا تَقۡدِيرٗا ١٦ وَيُسۡقَوۡنَ فِيهَا كَأۡسٗا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا ١٧ عَيۡنٗا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلۡسَبِيلٗا ١٨ ۞وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٞ مُّخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيۡتَهُمۡ حَسِبۡتَهُمۡ لُؤۡلُؤٗا مَّنثُورٗا ١٩ وَإِذَا رَأَيۡتَ ثَمَّ رَأَيۡتَ نَعِيمٗا وَمُلۡكٗا كَبِيرًا ٢٠ عَٰلِيَهُمۡ ثِيَابُ سُندُسٍ خُضۡرٞ وَإِسۡتَبۡرَقٞۖ وَحُلُّوٓاْ أَسَاوِرَ مِن فِضَّةٖ وَسَقَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ شَرَابٗا طَهُورًا ٢١ إِنَّ هَٰذَا كَانَ لَكُمۡ جَزَآءٗ وَكَانَ سَعۡيُكُم مَّشۡكُورًا [الانسان: ١٢،  ٢٢]

Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). [Al-Insaan/76: 12-22].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ ١٠ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ ١١ فِي جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ ١٢ ثُلَّةٞ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ ١٣ وَقَلِيلٞ مِّنَ ٱلۡأٓخِرِينَ ١٤ عَلَىٰ سُرُرٖ مَّوۡضُونَةٖ ١٥ مُّتَّكِ‍ِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ ١٦ يَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٞ مُّخَلَّدُونَ ١٧ بِأَكۡوَابٖ وَأَبَارِيقَ وَكَأۡسٖ مِّن مَّعِينٖ ١٨ لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ ١٩ وَفَٰكِهَةٖ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ ٢٠ وَلَحۡمِ طَيۡرٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ ٢١ وَحُورٌ عِينٞ ٢٢ كَأَمۡثَٰلِ ٱللُّؤۡلُوِٕ ٱلۡمَكۡنُونِ ٢٣ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢٤ لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا تَأۡثِيمًا ٢٥ إِلَّا قِيلٗا سَلَٰمٗا سَلَٰمٗا [الواقعة: ١٠،  ٢٦]

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman  Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala). Berada dalam surga-surga kenikmatan  Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada diatas dipan yang bertahtahkan emas dan permata, seraya bertelekan diatasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, Dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari mata air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa  akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (QS. [Al-Waqi’ah/56: 10-26].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡيَمِينِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡيَمِينِ ٢٧ فِي سِدۡرٖ مَّخۡضُودٖ ٢٨ وَطَلۡحٖ مَّنضُودٖ ٢٩ وَظِلّٖ مَّمۡدُودٖ ٣٠ وَمَآءٖ مَّسۡكُوبٖ ٣١ وَفَٰكِهَةٖ كَثِيرَةٖ ٣٢ لَّا مَقۡطُوعَةٖ وَلَا مَمۡنُوعَةٖ ٣٣ وَفُرُشٖ مَّرۡفُوعَةٍ ٣٤ إِنَّآ أَنشَأۡنَٰهُنَّ إِنشَآءٗ ٣٥ فَجَعَلۡنَٰهُنَّ أَبۡكَارًا ٣٦ عُرُبًا أَتۡرَابٗا ٣٧ لِّأَصۡحَٰبِ ٱلۡيَمِينِ ٣٨ ثُلَّةٞ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ ٣٩ وَثُلَّةٞ مِّنَ ٱلۡأٓخِرِينَ [الواقعة: ٢٧،  ٤٠]

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusin-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang terdahulu, (dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.). [Al-Waqi’ah/56: 27-40].

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu mengatakan.

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «قَالَ اللهُ عَزّ وَجَلَّ: أَعْدَدْتُّ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِينَ مَا لا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ». مصداق ذلك في كتاب الله {فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}. متفق عليه

Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Kebenaran hal itu dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ [السجدة : ١٧]

Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [As-Sajdah/32: 17].  Muttafaqun ‘alaih.[1]

Sebutan dan Pembicaraan Penghuni Surga. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي صَدَقَنَا وَعۡدَهُۥ وَأَوۡرَثَنَا ٱلۡأَرۡضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلۡجَنَّةِ حَيۡثُ نَشَآءُۖ فَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ [الزمر: ٧٣]

Dan mereka mengucapkan:”Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki”. Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. [Az-Zumar/39: 74].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

دَعۡوَىٰهُمۡ فِيهَا سُبۡحَٰنَكَ ٱللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمۡ فِيهَا سَلَٰمٞۚ وَءَاخِرُ دَعۡوَىٰهُمۡ أَنِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  [يونس : ١٠]

Do’a mereka di dalamnya ialah:”SubhanakAllahumma” dan salam penghormatan mereka ialah:”Salaam”. Dan penutup doa mereka ialah:”Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin”. [Yunus/10: 10].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا تَأۡثِيمًا ٢٥ إِلَّا قِيلٗا سَلَٰمٗا سَلَٰمٗا [الواقعة: ٢٥،  ٢٦]

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa  akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.[Al-Waqi’ah/56: 25-26].

Ξ Salam Allah Kepada Penghuni Surga

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab :  Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433] _______ Footnote [1]  Muttafaqun ‘alaih . HR. Bukhari No 3244 dan Muslim No 2824 dan ini adalah lafazhnya.

Kekalnya kenikmatan dalam surga. Apabila penghuni surga masuk ke dalam surga, malaikat menyambutnya dan memberi kabar gembira dengan kenikmatan dan tidak pernah berakhir yang ada di surga sebagai kabar gembira untuk mereka yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ [الرعد: ٣٥]

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai didalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertaqwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang yang kafir ialah neraka. [Ar-Ra’d/13: 35].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «يُنَادِي مُنَادٍ: إنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فلا تَسْقَمُوا أَبَداً، وَإنّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فلا تَمُوتُوا أَبَداً، وَإنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فلا تَهْرَمُوا أَبَداً، وَإنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلا تَبْأَسُوا أَبَداً» فذلك قوله عزوجل: {وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} أخرجه مسلم.

Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Memanggil seorang pemanggil/penyeru: ‘Sesungguhnya bagimu agar kamu sehat, maka tidak akan sakit selama-lamanya. Kamu hidup, maka tidak akan mati selama-lamanya. Kamu tetap muda, maka kamu tidak pernah tua selama-lamanya. Dan kamu merasakan nikmat, maka kamu tidak pernah menderita selama-lamanya.’ Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan kamu dipanggil bahwa itulah surga yang diberikan kepadamu sebagai balasan (amal ibadah) yang telah kamu lakukan.” (HR. Muslim).[1]

Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata:

عن جابر رضي الله عنه قال: قيل يا رسول الله: هل ينام أهل الجنة؟ قال: «لا، النَّوْمُ أَخُو المَوْتِ». أخرجه البزار.

‘Ada yang bertanya : Wahai Rasulullah, apakah penghuni surga itu tidur? Beliau menjawab: “Tidak, tidur adalah saudaranya mati.” (HR. al-Bazzar).[2]

Tingkatan-tingkatan (tempat-tempat) di surga. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا [الاسراء: ٢١]

Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaanya.[Al-Israa/17: 21].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَن يَأۡتِهِۦ مُؤۡمِنٗا قَدۡ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلۡعُلَىٰ ٧٥ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ مَن تَزَكَّىٰ [طه: ٧٥،  ٧٦]

Dan barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) Surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).  [Thaha/20: 75-76].

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ ١٠ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ ١١ فِي جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ ١٢ ثُلَّةٞ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ ١٣ وَقَلِيلٞ مِّنَ ٱلۡأٓخِرِينَ [الواقعة: ١٠،  ١٤]

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman. Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala). Berada dalam surga-surga kenikmatan.  Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. [Al-Waqi’ah/56: 10-14].

Abu Hurairah Radhihyallahu anhu berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال النبي- صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ، وَأَقَامَ الصَّلاةَ، وَصَامَ رَمَضَانَ، كَانَ حَقاً عَلَى اللهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ، جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا» فقالوا يا رسول الله: أفلا نبشر الناس؟ قال: «إنَّ فِي الجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَينِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ فَإذَا سَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوهُ الفِرْدَوسَ فَإنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ، وَأَعْلَى الجَنَّةِ»، أراه قال: «وَفَوقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ». أخرجه البخاري.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya, mendirikan shalat dan puasa Ramadhan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam surga. Ia berjihad fi sabilillah atau duduk di buminya yang dia dilahirkan padanya.’ Mereka bertanya, ‘Bolehkah kami memberi kabar gembira kepada manusia?’ Beliau menjawab: “Sesungguhnya di surga ada seratus derajat/tingkat yang disediakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk para mujahid fi sabilillah. Jarak di antara dua derajat seperti jarak di antara langit dan bumi. Maka, apabila kamu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mintalah surga Firdaus karena ia adalah pertengahan surga dan yang tertinggi.’ Aku meyakini beliau bersabda, ‘Dan di atasnya ada arsy ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan darinya terpancar sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari).[3]

Diangkat derajat keturunan orang yang beriman, sekalipun mereka berada di bawahnya dalam beramal.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ [الطور: ٢1]

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. [Ath-Thuur/52: 21]

Gambaran Naungan Surga

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab :  Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433] _______ Footnote [1]  HR. Muslim No. 2837. [2]  Shahih/ HR. Al-Bazzar No. 3517, Kasyful Astaar. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah No. 1087. [3]  HR. Bukhari No. 2790.

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 8)

Saudaraku seiman, sering kita dalam kehidupan ini merasakan rasanya kekurangan dalam hidup dan kita dituntut untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima, dan memang hal itu wajib kita lakukan. Allah ﷻ memberikan kekurangan tersebut agar kita sadar bahwa kita masih membutuhkan-Nya dan tanda bahwa kita hanya bergantung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Ketika kita bekerja, merasakan lelah di cuaca yang panas dan ingin sekali minum minuman yang segar dengan buah-buahan yang manis merupakan sebuah kenikmatan yang mungkin pada saat itu dibayangan kita adalah hal yang paling nikmat. Ketika pakaian yang kita gunakan sudah usang, pasti ingin sekali mengganti pakaian tersebut agar terlihat lebih elegan. Hal tersebut walaupun sebuah kekurangan tetapi harus kita syukuri pemberian dari Allah ﷻ.

Namun tahukah kamu bahwa itu hanya di dunia saja, dan bagi orang-orang beriman dan beramal shalih maka mereka akan bersabar dalam menghadapinya. Bagi orang-orang beriman dan beramal shalih, setelah melewati gerbang kematian mereka akan mendapatkan balasan-balasan yang sangat diinginkan bahkan tidak dapat dibayangkan sebelumnya berupa kenikmatan surga. Tahukah kamu apa saja kenikmatan surga yang dijanjikan Allah ﷻ tersebut? Mari simak setidaknya ada 5 keutamaan surga yaitu:

“…Tajrī min taḥtihal anhār, arti dari ayat tersebut kurang lebih adalah “…sungai-sungai yang mengalir di bawahnya…”

Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa kalimat tajrī min taḥtihal anhār merupakan lambang kiasan dari kesejukan yang membawa ketentraman, nikmat tentramnya tidak akan pernah kering[1].

Sungai yang disajikan oleh Allah ﷻ di surga nanti tidak akan pernah bisa dibayangkan oleh manusia, sebab dalam al-Qur’an Surat Muhammad [47]:15, Allah ﷻ akan memberikan pertama yaitu air sungai yang tidak akan berubah rasanya dan akan tetap segar, kemudian yang kedua sungai yang mana mengalir air susu, dan ketiga sungai yang mengalir berupa madu. Untuk yang alergi susu dan madu dijamin tetap bisa meminum air tersebut sepuas mungkin dan tidak akan pernah bosan.

Surga menawarkan air segar yang mengalir dan si peminum tidak akan merasakan bosan meminumnya. Dalam al-Qur’an surat Muhammad [47]:15, selain minuman yang segar juga lezat, di surga juga terdapat buah-buahan yang beragam. Tidak bisa dibayangkan pada saat ini bagaimana rasa dan harumnya buah di surga, walaupun rupanya sama dengan buah yang ada di dunia harumnya sangat menyengat hingga ingin sekali memakannya sedangkan rasanya jauh beda lezatnya dengan yang ada di dunia[2].

Pakaian yang saat ini kita syukuri keadaannya akan digantikan oleh Allah ﷻ dengan kain-kain dari sutra, dengan berbagai macam perhiasan yang diberikan[3]. Bahkan apabila anak yang dirawatnya menjadi seorang hafizh, dijanjikan oleh Allah ﷻ dia sebagai orang tua yang baik akan dikenakan pakaian terbaik di surga.

Bukan cuma pakaian dan perhiasan yang digunakan, tetapi juga tempat makan yang disediakan oleh Allah ﷻ untuk orang-orang yang beriman terbuat dari bahan-bahan yang tidak mungkin digunakan oleh kita di dunia ini. Pernahkah membayangkan tempat makan dari emas, perak, intan permata atau berlian dijadikan sebagai wadah makan? Itulah bagaimana istimewanya bagi orang yang dimasukan ke surganya Allah ﷻ.

Siapa yang tidak senang melihat wajah kekasihnya, kekasih bukan sembarang kekasih tetapi kekasih yang ”selalu” mengasihi. Kasih-Nya meliputi seluruh alam, kasih-Nya tidak terkira. Melihat wajah Sang Kekasih membuat mata kita syahdu sehingga kita hanya bisa terpana haru, senang semua tercampur aduk.

Mari kita renungkan hadits berikut, “Dari Suhaib, Rasulullah ﷺ membacakan ayat, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan tambahannya.” (Q.S. Yūnus[10]:26). Lalu bersabda, “Apabila penduduk surga telah masuk surga, dan penduduk neraka telah masuk neraka, maka ada malaikat yang berseru, “Hai penduduk surga, kamu akan memperolah apa yang akan dijanjikan oleh Allah dan hendak menepatinya kepadamu.” Mereka berkata, “Apakah itu? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan kami, memutihkan wajah kami, memasukan kami ke surga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Lalu tabir dibukakan, maka mereka melihat Allah. Mereka tidak diberikan sesuatu yang lebih mereka cintai daripada melihat-Nya. Itulah yang dimaksud dengan tambahan” (H.R. Muslim)[4].

Mungkin saat ini kita tidak dirindukan oleh penduduk bumi, tetapi semoga atas amal shalih yang kita perbuat maka kita bisa jadi sedang dirindukan penduduk langit. Bidadari surga merupakan salah satu penduduk langit. Disebutkan dalam al-Qur’an surat Ar-Rahman[55]: 56, bidadari surga belum pernah disentuh baik oleh manusia maupun oleh kalangan jin, matanya juga terbatas sudut pandangnya. Dalam tafsir bidadari yang dimaksud merupakan gadis-gadis perawan yang tersedia hanya untuk orang-orang yang senantiasa menahan hawa nafsunya saat di dunia sehingga balasannya berupa bidadari yang matanya tidak genit dan belum pernah disentuh sama sekali oleh kalangan manusia maupun jin[5].

Saudaraku seiman. Alangkah besarnya nikmat Allah ﷻ yang diberikan baik di dunia maupun di akhirat. Kesempatan yang dapat ditulis merupakan hanya sebagian kecil kenikmatan yang diberikan di surga nanti. Allah ﷻ Maha Luas karunia-Nya dan Allah ﷻ Maha Luas kasih sayang-Nya sehingga betapa ruginya kita dikala setelah melewati masa kehidupan ini kita tidak mendapatkan kenikmatan surga sedikitpun. Jangan harap saya menuliskan kenikmatan neraka karena tidak ada nikmatnya sama sekali masuk neraka. Semoga penulis dan pembaca bisa dipertemukan di surganya Allah ﷻ. Âmîn!

Arviyan Wisnu Wijanarko

Alumni Ahwal Syakhshiyyah Fiai UII

[1] Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar Jilid 9.Depok: Gema Insani. 2015 M. Cet.k-1. hal. 639.

[2] Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar Jilid 10.Depok: Gema Insani. 2015 M. Cet.k-1. hal. 337.

[3] Nashih Nasrullah. Begini Gambaran Surga Yang Diabadikan Dalam Alquran. 2020 M. https://republika.co.id/berita/q96hrz320/begini-gambaran-surga-yang-diabadikan-dalam-alquran

[4] Muhammad Idrus Ramli. Akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah, Penjelasan Sifat 50. Ponpes Al-Hujjah: Al-Hujjah Press. hal. 202-203

[5] Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar Jilid 10.Depok: Gema Insani. 2015 M. Cet.k-1. hal. 616-620.

Rasulullah ﷺ bersabda,

وَلَدُ آدَمَ كُلُّهُمْ تَحْتَ لِوَائِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يُفتَحُ لَهُ بَابُ الَجنَّةِ

Dari Hudzaifah ia berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Semua anak Adam di bawah benderaku/panjiku kelak di hari kiamat. Dan aku adalah orang yang pertama kali dibukakan pintu surga” (Shahîhul-Jâmi’ no. 6995)

Download Buletin klik disini

Sedang diterjemahkan, harap tunggu..

Malay Language / Bahasa Malaysia

Wanita Yang Dirindukan Surga

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.